Hipertensi Krisis

Hai guys, ketemu lagi sama aku :) 
Pada kesempatan ini aku akan bahas tentang Hipertensi Krisis loh...
Sebelumnya apa yang sudah tahu tentang Hipertensi Krisis  ?
Jika belum, yuk langsung saja guys kepoin blog aku ini yah :)

Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia, sekitar 50% penderita hipertensi tidak disadari oleh masyarakat. Dilansir oleh majalah the Lancet dan WHO kejadian krisis hipertensi akan meningkat dari 0,26% pada tahun 2000 menjadi 0,29% di tahun 2025 pada penduduk dewasa di dunia. Untuk mencegah kerusakan organ akibat krisis hipertensi di Indonesia perlu dilakukan upaya pengenalan dini dan penatalaksanaan krisis hipertensi yang disepakati bersama.

Definisi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistol > 180 mmHg dan diastol > 120 mmHg) dan pada penderita ini membutuhkan penanggulangan segera.

Klarifikasi Krisis Hipertensi
  1. Hipertensi emergensi, yaitu kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai dengan kerusakan organ target yang progresit. Hal ini diperlukannya tindakan penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.
  2. Hipertensi urgensi, yaitu kenaikan tekanan darah yang mendadak dan tidak disertai kerusakan organ target. Tekanan darah harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Faktor Resiko
  • Penderita hipertensi tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi.
  • Kehamilan penggunaan NAPZA.
  • Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
  • Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar berat, phaechromocytoma, penyakit vaskuler, trauma kepala dan penyakit kolagen.
  • Penyebab HT juga dapat disebabkan oleh : stres, yodium, obesitas, usia dan keturunan.
Penetapan Diagnostik
Krisis hipertensi biasanya ditemukan dengan tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg dengan diperhatikan kecepatan kenaikan tekanan darah dan derajat gangguan organ target yang terjadi.

Tatalaksana Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat juga dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat anti hipertensi oral. 

Tatalaksana Hipertensi Emergensi
  • Dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas pemantauan yang memadai.
  • Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus sesegera mungkin.
  • TD harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah sebagai berikut :
  • 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata (mean arterial blood pressure) diturunkan 20-25%.
  • 2 s/d 6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg.
  • 6 s/d 24 jam diturunkan sampai dengan < 140/90 mmHg bila tidak terjadi gejala iskemia organ.
Obat Hipertensi Emergensi :
  1. Clonidine (catapres) IV 150 mcg/ampul.
  2. Diltiasem (herbesser) IV 10 mg-50mg/ampul.
  3. Nicardipin (perdipin) IV 12-10 mg
  4. Dan lainnya
Krisis Hipertensi 
  1. Krisis Hipertensi Pada Penyakit Jantung : suatu kondisi akibat robekan pada dinding aorta sehingga lapisan dinding aorta terpisah dan darah dapat masuk ke sela-sela lapisan dinding pembuluh darah aorta. Manifestasi klinis yaitu rasa nyeri pada dada.
  2. Krisis Hipertensi Dengan Edema Paru : suatu keadaan dengan timbulnya gejala gagal jantung disertai dengan peningkatan tekanan darah dan gambaran rontgen toraks sesuai dengan edema paru. Manifestasi klinis yaitu sesak nafas, orthopnea, dan dyspnea d'effort.
  3. Krisis Hipertensi Pada Sindroma Koroner Akut ditandai dengan angina pektoris tidak stabil, infark miokard non ST elevasi dan infark miokard dengan ST elevasi.
  4. Krisis Hipertensi Pada Penyakit Ginjal : 
  • Hipertensi sebelum usia 30 tahun dan tidak ada riwayat hipertensi di keluarga.
  • Ditemukan hipertensi berat (hipertensi stadium II dengan TD > 160/100 mmHg) setelah usia > 50.3. Hipertensi refrakter dan sulit dikendalikan dengan obat kombinasi lebih dari 3 macam temasuk diuretik.
  • Peningkatan TD secara tiba-tiba pada pasien hipertensi yang terkontrol sebelumnya dalam keadaan baik.
      5. Hipertensi Maligna
  • Hipertensi dengan keterlibatan gangguan organ seperti gagal ginjal akut, gagal jantung, pendarahan retina, dan kelainan neorologis.
  • Peningkatan plasma kreatinin dalam waktu singkat setelah pemberian golongan obat ACEI/ARB.
      6. Krisis Hipertensi Pada Gangguan Endokrin, Krisis Feokromositoma
  • Keganasan kelenjar adreno-medulari menyebabkan terjadinya krisis hipertensi karena kelebihan produksi epinefrin dan non epinefrin dalam peredaran darah.
  • Stimulasi beta reseptor ginjal oleh kadar katekolamin yang tinggi menyebabkan terlepasnya renin sehingga meningkatkan tekanan arteri.
  • Diagnosis feokromositoma ditegakan dengan pemeriksaan katekolamin plasma, katekolamin urine dan metabolit dalam urine 24 jam (seperti metanefrin dan VMA = Vanil mandelic acid).
      7. Krisis Hipertensi Pada Kehamilan
  • Keadaan yang menyertai krisis hipertensi adalah preeklampsi. Dapat ditemukan gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, gagal jantung kongestif, nyeri abdomen kuadran atas, dana oliguri sampai gangguan serebrovsaskuler. Bila terjadi kejang penderita masuk stadium eklampsia krisis hipertensi diakhiri dengan proses persalinan.
  • Keputusan untuk melakukan terminasi kehamilan/ proses persalinan dilakukan oleh ahli medis di bidang kebidanan (Obstruksi ginekolog).
      8. Krisis Hipertensi Pada Pengguna NAPZA
  • Senyawa / sejumlah obat yang termasuk NAPZA seperti kokain, amfetamin, metamfetamin, phencyclidine, dll dapat menimbulkan krisis hipertensi terutama pada penderita yang sudah hipertensi.
 Sumber : Seminar dan Workshop Cardiovascular and Respiratory Emergency Nursing Mangement

Comments

Popular posts from this blog

Definisi, Peran, Fungsi dan Tugas Perawat dalam Pelayanan Kesehatan

Tahapan/Fase Komunikasi Terapeutik

SOP Perawatan Kateter Pria